
Bali memang dipenuhi dengan berbagai kekayaan alam serta masyarakat nya yang sangat kreatif. Salah satu bentuk kreativitas pemanfaatan bahan ramah lingkungan untuk rumah hunian, yakni Rumah Intaran.
Rumah tersebut merupakan inisiasi dari pasangan suami istri asal Bali, yakni Gede Kresan dan Ayu Gayatri. Hunian tersebut bertempat di Desa Bengkala yang kini menjadi tempat belajar bagi banyak orang bukan hanya masyarakat lokal tapi juga internasional.
Rumah Intaran Gede Kresna dan juga istrinya Ayu Gayatri merupakan rumah yang ramah lingkungan. Lokasinya berada di Kabupaten Buleleng, Singaraja tepatnya di Desa Bangkala. Rumah ini dibangun dengan pengkondisian alami, dinding dari bambu dan banyak jendela.
Dinamakan Intaran karena di desa tersebut terdapat banyak sekali pohon intaran atau sering disebut Neem Tree. Rumah yang berada di Singaraja Bali ini menjadi ruang kerja sekaligus tempat belajar dan berkreasi banyak orang.
Bangunan rumah satu lantai ini memiliki panjang 16 meter dengan lebar 10 meter. Memiliki konsep gaya joglo, di mana ruang teras depannya yang sangat luas, terdapat ruang studio yang dilengkapi dengan ruang diskusi.
Bagi Anda yang sangat suka mempelajari tentang arsitektur, maka Rumah Intaran akan sangat cocok untuk dikunjungi. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota Bali, dan masih bisa dijangkau dengan rental mobil dari Putri Bali Rental. Temukan keunikannya berikut!
Mengapa rumah ini disebut sebagai rumah ramah lingkungan karena seluruh material yang digunakan adalah hasil dari daur ulang. Seluruh materialnya didapatkan dari berbagai pelosok di Bali dan juga area Jawa seperti Pati, Solo, Pasuruan, hingga area pelosok Jawa Timur.
Menurut Gede Kresna sebagai pemilik sekaligus pendiri rumah ini, bahwa arsitek tidak terlalu penting. Pendiri rumah ini lebih mementingkan bahan material yang sudah ada sebelumnya, dan dipadukan sesuai dengan kehendak.
Letak rumah Gede Kresna ini berada di Buleleng Bali yang memang merupakan kawasan penuh dengan lahan hijau sawah dan gunung. Selain menggunakan bahan material daur ulang, rumah juga didesain agar tidak merusak tatanan ekosistem, dan ekologi.
Di mana masih tersedia lahan yang cukup untuk resapan air, lahan untuk menanam aneka tumbuhan. Bahkan pohon intaran dibiarkan tumbuh masuk ke dalam rumah. Bangunannya pun dirancang banyak jendela dan ventilasi, sehingga banyak cahaya luar yang masuk.
Bagian atapnya juga dibangun tanpa plafon, dinding pun masih dari anyaman bambu. Kondisi ini memungkinkan adanya udara segar yang masuk secara alami.
Bukan sekedar rumah dengan gaya arsitektur yang unik dan alami, tapi rumah ini juga menjadi ruang pelestarian budaya. Pasangan pemilik rumah ini kerap mengadakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan dan kesenian di Bali.
Pada awalnya tujuan dibangun rumah ramah lingkungan sebagai studio arsitektur milik Gede Kresna. Tapi seiring dengan perkembangan, Gede Kresna dan istrinya kerap mengadakan program magang, dan berbagai aktivitas lain seperti Festival Hujan.
Rumah Intaran bukan sekedar hunian yang dibangun dari material daur ulang, dan didesain dengan pengkondisian alami. Rumah ini juga menjadi studio arsitektur sekaligus tempat untuk mengenal kebudayaan Bali. Tertarik untuk berkunjung? Gunakan Putri Rental Bali!