Hutan Bambu Desa Penglipuran sudah sejak lama menjadi salah satu objek wisata yang dikenal sakral di Bali. Letaknya yang tersembunyi di tengah keindahan Pulau Dewata, membuat hutan ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pesona Desa Penglipuran itu sendiri.
Tak hanya dikenal sebagai destinasi wisata, hutan bambu ini juga sarat akan misteri yang membuatnya sakral. Oleh karena itu, tempat wisata ini sangat dijaga kelestariannya.
Untuk mencapai objek wisata hutan bambu ini, wisatawan harus berkendara selama kurang lebih 2 jam dari Denpasar menuju Kabupaten Bangli. Wisatawan bisa mengandalkan maps untuk menuju kesana karena lokasinya yang sudah sangat populer.
Dari Kabupaten Bangli, lanjutkan perjalanan ke Desa Penglipuran. Desa ini dikenal sebagai salah satu desa terbersih di Bali. Berdasarkan review Hutan Bambu Desa Penglipuran pun, banyak yang memberikan komentar positifnya terhadap kebersihan daerah sana.
Wisatawan tentunya bertanya-tanya untuk masuk Desa Penglipuran bayar berapa? Masuk ke desa ini dikenakan biaya sebesar Rp20.000,- (turis lokal dewasa), Rp30.000,- (turis mancanegara dewasa), Rp15.000,- (turis lokal anak), Rp25.000,- (turis mancanegara anak).
Hutan bambu ini terbuka sepanjang hari. Tidak ada jam buka dan jam tutupnya. Akan tetapi, tentu lebih baik untuk melakukan trekking ke dalam hutan di pagi hari, bukan?
Wisatawan hanya bisa membawa kendaraan sampai ke kantong parkir di Desa Penglipuran. Setelahnya, wisatawan bisa menikmati keindahan hutan bambu dengan trekking berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang tersedia.
Mengapa hutan bambu di Desa Penglipuran sangat dijaga kelestariannya? Ternyata, hutan bambu ini memiliki nilai sejarahnya tersendiri. Tanaman bambu dikenal sebagai tanaman khas dari Kabupaten Bangli, khususnya Desa Penglipuran ini.
Kehadiran bambu-bambu ini sendiri terkait dengan kerajaan-kerajaan kuno di Bali. Kisahnya bermula dari rakyat dari Raja Buleleng, yakni Panji Sakti, maju menyerang Keraton Bangli. Mereka menyerang menggunakan sanan, atau dikenal juga pikulan yang terbuat dari bambu.
Penyerangan tersebut menyebabkan banyak bambu yang berserakan di daerah tersebut. Masyarakat pun menanam bambu-bambu tersebut yang kemudian tumbuh menjadi hutan bambu.
Penglipuran atau Penglipuran ini memiliki 2 makna. Berdasarkan jurnal dari Universitas Atmajaya di Yogyakarta disebutkan bahwa kata tersebut memiliki makna pertama yakni pangeling (pengingat) dan pura (tempat, tanah leluhur).
Makna kedua dari kata Penglipuran adalah Raja Bangli yang dahulu kala sering menghibur diri di daerah tersebut. Sampai saat ini pun, masyarakat Desa Penglipuran masih sangat memegang teguh aturan adat yang sudah eksis sejak zaman dahulu.
Salah satu daya tarik wisatawan untuk mengunjungi desa ini adalah karena masyarakat di sana juga selalu menjaga kebersihan areanya. Rumah-rumah yang ada di sana pun bentuknya sama semua, unik sekali!
Ada banyak hal menarik yang bisa diulik dan dilakukan ketika berwisata ke Hutan Bambu Desa Penglipuran, di antaranya adalah sebagai berikut:
Jarak tempuh saat trekking di dalam hutan bambu bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang. Tentu saja trekking adalah aktivitas utama yang akan kamu lakukan jika berkunjung ke sana.
Wisatawan juga bisa menyewa jasa tour guide dengan membayar Rp50.000,-. Dari pemandu, wisatawan akan mendapatkan banyak cerita sejarah dan perkembangan daerah tersebut.
Selain trekking, aktivitas lain yang wajib dilakukan adalah menikmati wisata yang ada di sekitar sana. Wisatawan bisa melihat-lihat kearifan lokal, kebudayaan dan mencicipi kuliner khas Desa Penglipuran.
Jika berminat untuk merasakan pengalaman bermalam di Desa Penglipuran, di sana tersedia penginapan dengan harga terjangkau. Dengan demikian, wisatawan akan mendapatkan pengalaman berwisata ke Hutan Bambu Desa Penglipuran secara lengkap!