Pada dasarnya, Bali bukan hanya terkenal akan alam dan pantainya yang indah saja, namun juga karena tradisi dan budaya masyarakat sekitar yang sangat kaya. Hal ini juga berlaku untuk rumah adat khas Bali, yang sarat akan makna dan juga filosofi.
Bagi orang Bali asli, rumah bukan hanya sekadar tempat tinggal saja, sehingga mereka tidak bisa membangunnya secara sembarangan.
Ada beberapa filosofi di balik setiap bangunannya. Maka dari itu, berikut filosofi rumah adat Bali yang perlu Anda ketahui!
Sebelum membangun sebuah rumah adat, terdapat tiga aspek yang perlu dipenuhi oleh masyarakat Bali. Pertama, pawongan, yang berarti saling berhubungan baik antar manusia. Lalu, ada palemahan yang artinya berhubungan baik dengan lingkungan di sekitar.
Selanjutnya, ada parahyangan, yang artinya berhubungan baik dengan Tuhan. Ketiga hal tersebut juga dikenal dengan nama Tri Hita Karana, yang juga perlu diperhatikan pada saat pembangunan sebuah rumah adat khas Bali.
Tidak jauh berbeda dengan rumah adat Jawa dan rumah adat suku-suku di daerah Indonesia lainnya, rumah adat di Bali juga memiliki filosofinya tersendiri. Maka dari itu, berikut adalah filosofi dan makna di balik rumah adat Bali yang perlu Anda ketahui!
Pertama, ada rumah adat angkul-angkul yang memiliki fungsi yang mirip seperti gerbang, yaitu sebagai pintu masuk ke dalam rumah. Biasanya, di bagian dinding bangungan ini akan ada ukiran-ukiran unik yang bernilai seni dan menggambarkan budaya Bali.
Lalu, ada juga rumah adat aling-aling yang memiliki fungsi sebagai pembatas. Pada umumnya, rumah adat ini membatasi antara area angkul-angkul dan tempat tinggal. Nama "aling-aling" memiliki arti energi positif dan baik untuk keharmonisan rumah.
Kemudian, bagi keluarga yang memiliki anak perawan, mereka memiliki Bale Manten di sebelah utara bangunan utama. Bentuk rumahnya adalah persegi panjang dengan dua ruangan, yaitu bale kiri dan bale kanan untuk menjaga kesucian anak gadis mereka.
Jika anak perempuan memiliki Bale Manten, maka anak laki-laki memiliki kamar yang bernama Bale Dauh. Posisinya ada di sebelah barat dari bangunan utama dengan tinggi bangunan yang lebih pendek dari kamar untuk anak perempuan.
Biasanya, rumah adat khas Bali juga memiliki Bale Sepakat yang berfungsi sebagai tempat di mana seluruh anggota berkumpul dan bersantai. Dengan adanya bangunan ini, hubungan antar keluarga diharapkan akan semakin erat dan juga harmonis.
Pada dasarnya, budaya Bali memang erat dengan adat dan istiadat, sehingga di area rumah pun memerlukan bangunan untuk untuk melakukan upacara adat.
Nama rumah adat Bali untuk kegiatan ini adalah Bale Gede yang ada di sisi sebelah timur rumah utama.
Lalu, ada juga Pawaregen yang berfungsi sebagai tempat memasak atau dapur. Biasanya, ada dua area di Pawaregen, yaitu tempat menyimpan alat masak (dapur bersih) dan tempat memasak (dapur kotor). Bangunan ini ada di selatan atau barat laut bangunan utama.
Karena mayoritas masyarakat Bali adalah pemeluk agama Hindu, maka wajar bagi rumah adat di Bali memiliki Pura sebagai tempat beribadah anggota keluarga. Pada umumnya, Pura berada di bagian timur laut bangunan utama.
Itulah makna dan filosofi di balik rumah adat khas Bali yang perlu Anda ketahui. Semoga Putribalirental bisa membantu!