Wisata budaya jadi salah satu daya tarik utama di Bali. Kekentalan budaya dan bagaimana masyarakat Bali melestarikan budayanya membuat para wisatawan terpukau dengan setiap tempat yang memiliki aksen budaya yang kental.
Salah satu pura yang punya makna mendalam dan menarik untuk Anda kunjungi ketika berkunjung ke Bali adalah Pura Dalem Puri. Anda bisa melihat kehidupan religius masyarakat Hindu di Bali.
Pura ini bukanlah sekadar bangunan tua yang digunakan sebagai tempat ibadah saja. Jauh dari itu, di pura tersebut para umat Hindu Bali percaya bahwa roh leluhur yang sudah meninggal akan melalui proses pengadilan spiritual.
Di ajaran Hindu Siwa Sidhanta, roh akan diperiksa semua amal dan dosa sebelum menuju Para Loka, baik itu Surga Loka atau Neraka Loka.
Bali memang memiliki banyak pura, Anda juga bisa melihat banyak pura lain seperti Pura Puri Agung Dalem Tarukan yang punya ciri khas arsitektur dan nilai sejarah yang tinggi.
Anda juga bisa melihat ulasan Pura Puri Agung Dalem Tarukan yang tidak kalah menarik. Akan tetapi, Pura Dalem Puri ini mempunyai ciri khas sendiri yang kaya dengan warisan budaya.
Salah satu bagian menarik dari pura ini adalah Tegal Panangsaran. Bagian ini merupakan simbol dari neraka dengan pohon Taru Curiga. Pohon ini digambarkan mempunyai buah berbentuk senjata tajam.
Selain itu, terdapat tempat paling suci di bagian jeroan pura, dipersembahkan untuk Dewi Durga sebagai representasi Surga Loka.
Jika datang berkunjung, Anda bisa melihat struktur unik dan menarik dari pura ini. Terdapat tiga bagian utama, yaitu:
Upacara besar yang diselenggarakan tentunya akan mengundang rasa penasaran Anda untuk ikut bergabung atau hanya sekadar melihatnya. Salah satu upacara besar yang berlangsung di pura ini adalah Piodalan yang diadakan tiap Buda Keliwon Ugu.
Selain itu, ada upacara Usaba Pitra dan Yadnya Ngusaba Kepitu yang biasanya akan ramai dihadiri pamedek dari berbagai daerah di Bali. Anda juga bisa melihat pelaksanaan ngaben atau mamukur di pura ini.
Banyaknya tradisi dari kepercayaan Hindu yang bisa dilihat di pura ini menggambarkan bukti nyata kehidupan umat di Bali yang sangat terhubung dengan dunia roh dan alam semesta.
Selain Pura Dalem Puri yang terletak di Besakih, Anda juga bisa mengunjungi berbagai pura lain dengan ciri khas tersendiri. Pura serupa juga bisa Anda temui di Kubutambahan, Buleleng.
Selain itu, Pura Dalem Purnajati juga bisa menjadi salah satu alternatif kunjungan spiritual Anda selama berwisata di Bali. Menjelajahi berbagai tempat di Bali tentunya akan sangat menyenangkan.
Tidak hanya untuk menambah pengalaman, perjalanan spiritual tentunya juga akan meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Akan tetapi, perjalanan selama di Bali tentunya tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak merencanakan transportasi dengan baik.ย
Gunakan sewa mobil dari Putri Bali Rental yang bisa membuat perjalanan Anda semakin nyaman. Anda bisa kunjungiย Putri Bali Rental untuk mendapatkan mobil yang terbaik dan perjalanan yang lebih fleksibel.
Berbicara soal Ubud, desa ini memang terkenal di kalangan turis sebagai daerah wisata budaya. Anda bisa menemukan banyak peninggalan sejarah, salah satunya adalah Pura Gunung Lebah yang terletak di Jalan Raya Ubud Nomor 23, Sayan, Payangan.
Karena lokasinya yang ada di jantung Desa Ubud, ada banyak turis yang penasaran soal pura ini. Jika melihatnya dari luar, kesan pertama yang akan Anda dapatkan adalah โindahโ. Namun, bukan hanya itu daya tariknya, berikut adalah informasi lebih jauhnya!
Sebagian besar dari Anda pasti sudah tahu jika ada ratusan pura di Bali yang layak untuk dikunjungi. Namun, apa yang membedakan Pura Gunung Lebah Ubud dengan pura yang lain? Anda bisa menemukan semua daya tarik pura tersebut di sini!
Ada banyak pura tua di Bali, misalnya seperti Alas Kedaton di Kabupaten Tabanan dan Pura Pabean di Kabupaten Buleleng. Kabupaten Gianyar pun tidak ingin ketinggalan, mengingat ada banyak pura di Gianyar yang sangat kaya akan sejarah.
Salah satunya adalah Gunung Lebah, yang menurut sejarah sudah ada sejak abad ke-8. Masyarakat sekitar percaya bahwa orang yang mendirikan pura ini adalah Rsi Markandeya, seorang tokoh agama asal India yang mengenalkan agama Hindu ke orang Bali.
Selama perjalanannya di Bali untuk menyebarkan ajaran agama Hindu, Rsi Markandeya akhirnya sampai di sebuah lereng bukit. Bukit tersebut dinamai Gunung Lebah karena ada dua sungai jernih timur dan barat, terlihat mengelilingi bukit.
Dia percaya bahwa ada kekuatan magis yang kuat di bukit tersebut, hingga tercetus ide untuk mendirikan pura di sana. Setelah itu, dia melakukan meditasi agar bersatu secara spiritual dengan Tuhan. Pura ini didedikasikan untuk Dewi Danu di Gunung Batur.
Tidak bisa dipungkiri jika semua pura yang ada di Pulau Dewata punya desain arsitektur yang indah. Pun begitu dengan Gunung Lebah yang punya bangunan megah dan arsitektur khas Bali yang menawan. Namun, bukan hanya dari situ keindahannya.
Alasannya karena pura ini terletak di pinggir sungai, sehingga Anda bisa menikmati keindahan arsitektur pura sekaligus keindahan panorama sungai di sana. Inilah yang membedakan Gunung Lembah dengan pura lain yang biasanya ada di puncak.
Lokasi pura ini sendiri ada di area lereng, cenderung mudah untuk Anda kunjungi. Anda bisa berkunjung sebagai seorang wisatawan atau seorang yang ingin ikut bersembahyang bagi penganut agama Hindu. Pas untuk berdoa, bermeditasi, dan ibadah lain.
Suasananya begitu tenang dan penuh magis, cocok untuk Anda yang ingin healing. Udaranya pun sejuk, sehingga Anda bisa betah berlama-lama berada di pura ini.
Bagi Anda yang ingin liburan ke sini, ada kabar baik karena harga tiket masuk ke Pura Gunung Lebah adalah gratis. Hanya saja, pastikan Anda menghormati semua orang yang datang ke pura untuk sembahyang dengan memakai pakaian yang tepat.
Sebelum masuk, pastikan Anda memakai sarung dan selendang khusus. Biasanya, Anda bisa melihat masyarakat sekitar sedang melakukan tari atau memainkan alat musik di sini. Bisa jadi poin plus bagi Anda yang ingin belajar budaya Bali lebih jauh lagi.ย
Bagi Anda yang tertarik untuk berkunjung ke Pura Gunung Lebah, jangan lupa untuk membawa mobil sendiri agar perjalanan lebih aman dan nyaman. Anda bisa menyewa mobil tersebut di Putri Rental Bali dengan harga murah dan terjangkau!
Bali adalah pulau yang memiliki julukan pulau seribu pura karena ada banyak pura yang tersebar di seluruh penjuru. Salah satu pura terkenal di Bali adalah Pura Pabean yang berada di Bali Utara.
Pura ini sangat terkenal karena memadukan arsitektur budaya Buddha, Islam, dan Hindu yang mencerminkan toleransi. Dulu, Pabean pernah menjadi tempat persinggahan bagi pedagang internasional yang melewati Pulau Bali.
Bukti sejarah Pura Pabean berupa kedatangan pedagang dari Madura dan Tionghoa yang berlayar menuju Teluk Pulaki. Para pedagang itu berencana melakukan aktivitas bisnis di sekitar teluk.
Aktivitas perdagangan itu terjadi sekitar tahun 1411 caka atau 1489 masehi sesuai dengan adanya keberadaan Pabean di Teluk Pulaki. Arti kata Pabean Temple adalah adat istiadat yang menandakan bahwa pura ini adalah tempat persinggahan para pelaut di zaman dulu.
Ada juga yang mengatakan bahwa Pabean berasal dari kata bea yang berkaitan dengan aktivitas bea-cukai. Artinya, setiap ada kapal barang yang melakukan bongkar muat harus membayar biaya.
Hingga saat ini, para pedagang dan peziarah masih sering mengunjungi Pabean Temple untuk melihat aktivitas di sekitar pura dan keindahan arsitekturnya. Ada juga pura lain yang bisa Anda kunjungi yaitu Pura Pulaki yang lokasinya di seberang Pabean.
Alamat lengkap Pura Pabean Buleleng ada di pesisir pantai Desa Banyupoh Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng Bali. Jika Anda ingin menikmati keindahan Bali dari sisi lain bisa mengunjungi pura ini.
Pilihan transportasi yang aman dan nyaman menuju Pura Pabean adalah mengendarai mobil. Namun, jika Anda tidak memiliki kendaraan pribadi bisa menyewa kendaraan di jasa sewa terbaik di Bali.
Waktu perjalanan dari Denpasar menuju Pabean Temple adalah 3 jam 36 menit. Rute dimulai dari Jalan Pulau Seram โ Diponegoro โ Hasanuddin โ Thamrin โ Wahidin โ Cokroaminoto โ Raya Sempidi โ Raya Denpasar Gilimanuk.
Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Banjar Taman Tanda โ Ganda Mayu โ I Gusti Ketut Jelantik โ Baturiti Bedugul โ Raya Bedugul โ Raya Singaraja Denpasar โ Pancasari Baturiti โ Raya Wanagiri โ Munduk Wanagiri โ Kayu Putih Munduk.
Selanjutnya ke Jalan Banyuatis Kayuputih โ Kayuputih โ Banyuatis โ Mayong Gunungsari โ Seririt Pupuan โ Pemuda โ Raya Bubunan โ Ahmad Yani โ Letjen S. Parman โ Cekik Seririt โ lokasi di kanan jalan.
Pura Pabean memiliki beberapa pelinggih dengan arsitektur unik yaitu perpaduan antara Buddha, Islam, dan Hindu. Arsitektur pura mengandung nilai sejarah, filosofis, dan tradisional yang bisa Anda nikmati selama berkunjung.
Perpaduan tiga budaya berbeda di satu tempat ibadah adalah bentuk toleransi antar umat beragama.
Selain itu, lokasi Pabean berdekatan dengan laut yang bisa membuat Anda bernostalgia tentang bagaimana pedagang, pelaut, dan nelayan meminta keselamatan di pura ini.
Pabean adalah tempat stana Dewi Ayu Manik Subandar yang masih terawat hingga saat ini. Selain itu, ada banyak kisah sejarah Pabean yang menarik diketahui seperti tentang perjalanan Dang Hyang Dwijendra ke Pulau Dewata, kisah Kerajaan Ki Barak Panji, perjalanan bisnis kaum Bugis, Melayu, dan Tionghoa yang membawa budaya mereka sendiri.
Pabean bukan hanya sebatas pura dan tempat ibadah melainkan bukti nyata bagaimana Bali menjadi tempat persinggahan para pedagang zaman dulu.
Perjalanan menuju Pura Pabean menghabiskan waktu lama karena itu sebaiknya menyewa mobil saja di Putri Rental Bali. Ada beragam pilihan mobil yang bisa Anda sewa beserta layanan sopir berpengalaman.
Alas Kedaton Indonesia merupakan salah satu objek wisata berbentuk hutan lindung yang ada di Tabanan, Bali. Di dalam Alas Kedaton terdapat sebuah pura sakral yang penuh akan sejarah. Objek wisata ini dihuni oleh ribuan kera dan juga beraneka jenis kelelawar.
Bali memang banyak menawarkan sejumlah pesonanya, seperti monkey forest Alas Kedaton ini. Anda tidak boleh melewatkan indahnya kawasan hutan lindung tersebut, terlebih lagi Anda bisa mempelajari sejarah budaya Hindu di Bali.
Alas Kedaton Indonesia berada di Tabanan, Bali, dikenal sebagai objek wisata hutan lindung yang dihuni banyak kera. Sejarah Alas Kedaton ini berkaitan dengan masa pemerintahan Raja Sri Masula Masuli. Pura yang ada di Alas Kedaton dibangun oleh Mpu Kuturan.
Pura tersebut merupakan peninggalan purbakala, masa pemerintahan Sri Masula Masuli dimulai pada tahun 1178 Masehi. Bangunan sakral ini memiliki 4 pintu yang dibangun menghadap ke arah barat.
Tidak seperti pura-pura lain yang ada di Bali, pura ini tidak memiliki halaman dalam yang lebih tinggi. Tapi, pura ini memiliki halaman utama yang lebih rendah dibandingkan halaman tengah, disebut dengan Jaba Madya Mandala.
Pura Alas Kedaton berada di tengah alas atau hutan dengan ribuan kera serta kelelawar sebagai penghuninya. Bangunan prasejarah ini memiliki berbagai keunikan yang menjadi daya tarik para pengunjung, sebagai berikut!
Pura Alas Kedaton Indonesia ini memiliki beberapa bangunan suci yang disebut dengan pelinggih, lingga dan juga ada beberapa patung. Di mana beberapa bangunan suci dan patung tersebut, yakni:
Pura bersejarah ini masih digunakan untuk upacara adat, salah satunya adalah upacara Piodalan. Upacara tersebut jatuh di hari Anggara Kasih Medangsia atau 10 hari setelah Hari Raya Kuningan dalam kalender Bali.
Ada satu hal yang membuat upacara adat ini sangat unik dan berbeda dengan upacara lainnya. Piodalan yang dilaksanakan di Pura Alas Kedaton tidak menggunakan sarana dupa, kwangen dan juga penjor.
Prosesi upacara ini harus diselesaikan sebelum matahari terbenam karena setelahnya tidak diperbolehkan untuk menyalakan lampu. Selesai prosesi upacara dilanjut dengan tradisi Ngerebeg.
Alas Kedaton Indonesia dikenal juga dengan Hutan Monyet atau Monkey Forest. Pura Dalem Khayangan Kedaton sangat berbeda dengan kebanyakan pura di Bali yang terletak di dekat pantai. Pura ini terletak di tengah hutan lindung yang dihuni oleh kera dan kelelawar.
Tidak perlu khawatir karena seluruh kera di hutan Kedaton ini sangat ramah, dan sudah terbiasa didekati para pengunjung. Meskipun ramah, para pengunjung tetap dihibau untuk berhati-hati dengan barang bawaan.
Pura Alas Kedaton Indonesia merupakan salah satu objek wisata yang tidak boleh dilewatkan selama berada di Bali. Untuk memudahkan Anda menjelajahi objek wisata di Bali, gunakan rental mobil dari Putri Bali Rental, kualitas terjamin dengan harga yang murah!
Dauh Tukad Desa Tenganan merupakan salah satu desa kuno yang terletak di kaki bukit Pegilihan. Seiring berjalannya waktu, desa ini mulai menunjukkan kondisi desanya yang modern namun tetap mempertahankan sisi tradisionalnya.
Dalam perjalanan sejarah peradabannya, desa ini cukup banyak diminati oleh para pendatang. Apalagi saat masuk ke desa ini, masyarakat akan merasakan suasana desa yang sangat tenang dan lebih intim.
Sekitar abad ke-17 pada masa kejayaan I Gusti Ngurah Sidmen penguasa tanah yang tinggal di Tenganan Dauh Tukad memiliki satu putra. Atas perintah Dalem Gegel, putranya tersebut diminta untuk menjadi juru kurung.
Hanya saja permintaan tersebut ditolak yang menjadi pemicu kemarahan Dalem Gelgel. Tidak berselang lama, Dukuh Mengku diserang dan banyak rakyatnya yang tewas.
Singkat cerita, kekalahan Dukuh Mengku menjadikan Raja Dalem Gelgel menata dan membangun desa lokasi peperangan di Tenganan. Sedangkan di Dauh Tukad, I Made Bandesa mulai melaksanakan pemerintahan dan aci-aci di pura setempat, termasuk Pura Petung.
Sejarah peradaban Dauh Tukad yang panjang dan penuh pengorbanan tersebut melahirkan Dauh Tukad Desa Tenganan yang kondisinya sudah mulai membaik. Bahkan di desa ini juga masih sangat menjaga tradisi Mageret Pandan.
Secara turun temurun, Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Kab. Karangasem ini menjaga tradisi Mageret Pandan. Tradisi Mageret Pandan ini akan dilaksanakan setiap tahunnya oleh desa adat setempat.
Margeret Pandan adalah tradisi atau upacara yang dilakukan sebagai simbol Tabuh Rah (persembahan darah). Bedanya, persembahan ini bukan berasal dari darah ayam, melainkan darah manusia yang terjatuh setelah saling mageret.
Kata Mageret artinya saling menggoreskan. Sehingga tradisi ini dilakukan dengan cara menggoreskan pandan berduri ke tubuh lawan. Selesai berperang, luka yang di tubuh akibat goresan tersebut akan diobati dengan ramuan tradisional dari kunyit.
Tujuan tradisi ini dilakukan adalah sebagai bentuk penghormatan warga Desa Tenganan kepada Dewa Indra, yaitu seorang dewa perang. Warga Desa Tenganan meyakini bahwa para pendahulu di desa tersebut adalah para prajurit perang yang tangguh.
Sehingga tradisi ini sangat erat kaitannya untuk dipersembahkan kepada dewa perang, yaitu Dewa Indra. Selain itu, tradisi ini ini dilakukan juga semata untuk mendukung keberlangsungan dan pelestarian tradisi yang ada di Desa Tenganan, desa tertua di Karangasem.
Tradisi Margaret Pandan dipercaya juga melambangkan ketulusan. Jadi setelah melaksanakan tradisi ini, maka tidak ada yang dendam dan emosi, karena semuanya akan dilakukan dengan suka cita.
Bali memang terkenal sebagai pulau yang kental dengan tradisi dan budaya. Salah satu kawasan yang sangat menjaga tradisi budayanya adalah Desa Tenganan Dauh Tukad Karangasem.
Punya warisan unik namun jarang dibicarakan dalam satu nafas, menjadikan desa ini cukup tertutup dan intim. Meski demikian, mulai dari sejarah, tradisi, hingga kondisi desanya tetap sangat menarik untuk dibicarakan.
Saat ini, kondisi rumah di Tenganan Dauh Tukad beberapa sudah menggunakan genteng dan tembok. Untuk tata letaknya juga sudah menyatu, seperti rumah, kebun buah, hingga kandang hewan berada dalam satu lokasi.
Masyarakat desa setempat juga menyebut bahwa disana tidak terlalu kaku soal bangunan, namun tetap mempertahankan unsur tradisionalnya. Untuk kondisi desa disana cukup intim dan lebih tenang dibandingkan desa-desa lainnya di Bali.
Bagi Anda yang ingin berkunjung ke Tenganan Dauh Tukad, maka perjalanan bisa lebih cepat sampai dengan menggunakan mobil rental. Untuk rekomendasi rental terbaik yang bisa mengantarkan Anda ke Dauh Tukad Desa Tenganan adalah Putri Bali Rental.
Bali selalu memiliki cerita tersendiri yang mampu memikat perhatian wisatawan dunia untuk berkunjung. Selain keindahan alam dan kelezatan kuliner, tradisi unik di Bali juga menjadi alasan wisatawan terus berdatangan ke sini.
Kekayaan dan adat istiadat di Pulau Dewata masih dilaksanakan hingga saat ini. Beberapa tradisi bahkan memiliki makna tersendiri yang menggambarkan kehidupan masyarakat Bali. Berikut beberapa tradisi di Bali yang sangat unik beserta penjelasannya.
Tradisi unik di Bali adalah salah satu daya tarik Pulau Dewata karena banyak masyarakat mancanegara yang penasaran dengan adat istiadat di pulau tersebut. Berikut beberapa daftar tradisi Pulau Dewata yang bisa disaksikan di hari-hari tertentu.
Pengerupukan dilaksanakan saat menjelang Hari Raya Nyepi di Bali yang bertujuan mengusir Bhuta Kala dari rumah-rumah warga. Bhuta Kala adalah gambaran karakter buruk umat Hindu sehingga harus dihilangkan.
Caranya adalah masyarakat akan memukul benda keras-keras sambil membakar boneka besar atau ogoh-ogoh. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk menghilangkan karakter jahat sebelum memasuki Hari Raya Nyepi.
Hari Raya Nyepi identik dengan suasana sepi dan gelap sepanjang hari. Masyarakat Bali akan mematikan lampu dan tidak boleh berisik selama satu hari. Satu hari ini sangat sepi dan tenang bahkan kendaraan tidak boleh beraktivitas di jalan.
Contoh tradisi unik di Bali berikutnya adalah Melasti yaitu upacara penting agama Hindu yang dilaksanakan di pinggir Pantai Melasti. Tujuannya adalah membersihkan diri dari segala perbuatan buruk yang dilakukan di masa lalu kemudian membuangnya ke laut.
Masyarakat Hindu akan membawa patung dewa dan peralatan upacara lainnya dari kuil ke tempat dilaksanakannya Melasti. Selama di perjalanan menuju lokasi, masyarakat Hindu akan membunyikan musik tradisional, bernyanyi, dan menari.
Ada lagi tradisi yang tidak kalah unik di Bali yaitu Mekare-kare atau Perang Pandan. Tradisi ini dilaksanakan setiap tahunnya di salah satu desa di Kabupaten Karangasem. Tujuannya adalah memberi penghormatan kepada Dewa Indra selaku Dewa Perang.
Alasan disebut sebagai Perang Pandan karena menggunakan pandan berduri sebagai senjata melawan musuh. Para peserta Perang Pandan juga akan dibekali dengan perisai untuk melindungi diri dari ancaman musuh.
Metatah adalah tradisi unik di Bali yang menandakan kepercayaan masyarakat Hindu terkait tahapan yang terjadi dalam kehidupan. Mulai dari lahir, berumur 3 bulan, 6 bulan, dan sampai dewasa lalu kematian adalah tahapan yang dilalui manusia.
Upacara Metatah atau potong gigi dilakukan dengan mengikir empat gigi seri dan dua gigi taring. Biasanya, masyarakat Hindu melakukan potong gigi sebelum melakukan pernikahan.
Saraswati adalah upacara yang diadakan setiap enam bulan sekali oleh seluruh sekolah di Bali. Upacara ini dilaksanakan untuk mengenang Dewi Saraswati yang dianggap sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan.
Upacara Saraswati dimulai sejak pagi hari, pada pagi hari, siswa akan sembahyang di pura sekolah masing-masing.
Kemudian, siswa akan sembahyang di pura lainnya sambil mengumpulkan buku, lontar, alat tulis, dan pustaka. Peralatan sekolah dikumpulkan karena harus didoakan juga saat upacara Saraswati.
Terakhir adalah Omed-omedan yang diadakan di Banjar Kaja Sesetan, Denpasar Selatan. Tradisi ini dilakukan oleh anak muda untuk menguatkan kasih sayang antar manusia. Diawali dengan sembahyang di pura lalu pementasan Barong Bangkung Jantan dan Betina.ย
Keenam tradisi unik di Bali bisa Anda saksikan langsung saat berkunjung ke Pulau Dewata. Agar perjalanan keliling Bali lebih nyaman, Anda bisa menyewa kendaraan dengan sopir atau lepas kunci di Putri Rental Bali dengan harga sewa terjangkau.