putri bali rental mobil di bali

Sebagai salah satu daerah di Indonesia yang terkenal akan kebudayaannya yang kaya, kurang lengkap rasanya jika tidak melakukan wisata budaya saat berkunjung ke Pulau Bali. Salah satunya adalah di Desa Trunyan Bali, yang memiliki proses pemakaman unik.

Hanya saja, sebelum memutuskan untuk berkunjung ke desa adat yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali ini, Anda harus tahu bagaimana sejarahnya. Selain itu, Anda juga harus tahu tradisi apa yang ada di sana dan apa saja peraturannya.

Sejarah Singkat Desa Trunyan

Bagi Anda yang penasaran tentang  bagaimana sejarah masyarakat Trunyan Bali, sejarah ini diawali dari Kerajaan Surakarta. Pada saat itu, Raja Surakarta memiliki tiga orang putra dan satu orang putri yang mencium bau harum dari arah timur.

Karena itu, mereka berempat memohon izin kepada sang ayah untuk mencari di mana sumber bau tersebut. Keempat kakak beradik putra raja tersebut pun memulai perjalanan dari Surakarta, dan setelah berhari-hari mereka akhirnya sampai di Pulau Dewata. 

Hanya saja, di tengah perjalanan, si anak perempuan meminta izin untuk tinggal dan menetap Gunung Batur karena tempat itu membuatnya nyaman dan aman. Mereka mengizinkan sang putri untuk tinggal, dan melanjutkan perjalanan ke timur dengan hanya bertiga.

Setelah sampai di Desa Kedisan, Pura Dalem Pingit, putra pertama bertengkar dengan putra ketiga. Sang putra pertama menendang putra ketiga hingga terduduk bersila. Lalu, saat sampai di Desa Abang Dukuh, sang putra pertama menendang putra kedua.

Karenanya, hanya putra pertama saja yang sampai di Pohon Taru Menyan, sumber bau harum yang mereka cium. Pada akhirnya, sang putra pertama memutuskan untuk tinggal, menetap, dan menikah di daerah tersebut dan diberi gelar Ratu Sakti Pancering Jagat.

Hanya saja, untuk melindungi wilayahnya, Ratu Sakti Pancering Jagat menyimpan mayat di dekat Pohon Taru Menyan. Menariknya, tradisi pemakaman jenazah di Desa Trunyan tersebut terus berlangsung hingga sekarang. 

Keunikan Proses Pemakaman di Desa Trunyan

Mungkin, Anda sudah tidak asing dengan istilah ngaben atau proses pemakaman dengan cara kremasi. Ngaben ini memang sangat identik dengan budaya Bali. Namun ternyata, di Desa Trunyan, pemakaman tidak dilakukan dengan cara ngaben seperti biasanya.

Hal ini karena, seperti apa yang mungkin sudah Anda ketahui, mayat orang yang meninggal di Desa Trunyan Bali tidak dikremasi, namun ditaruh di dekat Pohon Taru Menyan. 

Bila Anda ingin tahu apa nama tradisi pemakaman jenazah di Desa Trunyan Bali, nama tradisi ini adalah mesapah. Bau harum dari pohon tersebut lah yang membuat desa tersebut tidak bau.

Pada umumnya, jumlah mayat yang ada di bawah Pohon Taru Menyan tidak lebih dari 12 orang. Selain itu, mayat tersebut juga harus merupakan mayat orang yang telah menikah, meninggal dengan cara yang wajar, dan memiliki tubuh yang masih utuh.

Jika tidak, maka akan dilakukan cara pemakaman lain, yaitu sebagai berikut!

1. Sema Muda

Pemakaman untuk anak-anak atau orang yang belum menikah.

2. Sema Bantas

Pemakaman untuk orang yang meninggal karena cara yang tidak wajar atau meninggal dengan anggota tubuh yang tidak lengkap.

Peraturan Saat Berkunjung ke Desa Trunyan 

Selain sejarah dan tradisinya, Anda pun harus tahu pantangan di Desa Trunyan, yaitu tidak boleh berkata kasar dan tidak boleh membawa barang apapun dari desa tersebut.

Penutup

Itulah segala hal tentang Desa Trunyan Bali yang perlu Anda tahu, mulai dari sejarah, tradisi, hingga peraturan yang ada di desa adat tersebut. Masih banyak lagi destinasi wisata yang anda bisa kunjungi selama di Bali, untuk memudahkan perjalanan ada baiknya anda menggunakan jasa sewa mobil di Bali ataupun dengan Sopir yang berpengalaman.

Tari Kecak merupakan salah satu tarian yang asalnya dari daerah Bali. Umumnya dalam pertunjukan Tari Kecak Bali dilakukan oleh sejumlah penari pria dengan membentuk pola lingkaran. Dilengkapi dengan gerakan angkat tangan serta irama “cak, cak, cak”.

Tari kecak diketahui menyimpan makna tersendiri, yang biasanya akan tercantum secara dalam tiket yang dibeli. Ada yang menyebut tari kecak sebagai sebuah ritual tolak bala. Selain itu tari ini juga berhubungan dengan tokoh pewayangan Rama dan Shinta. 

Mengenal Tari Kecak Bali

Indonesia memang memiliki kesenian yang cukup beragam, salah satunya adalah Tari Kecak. Yang mana Tari Kecak berasal dari pulau Bali dengan segala keunikan tersendiri. Dari hal inilah sejumlah turis lokal maupun asing banyak yang tertarik melihat pertunjukannya.

Ketika melakukan pertunjukan, para penari akan menggunakan kostum Tari Kecak yang memiliki motif kotak layaknya papan catur. Kain tersebut merupakan kain khas dari Bali yang dipakai pada bagian pinggang dengan cara diikat.

Tarian ini menyimpan nilai moral yang penting untuk diketahui oleh para penontonnya. Contohnya seperti nilai kesetiaan yang dilakukan oleh Shinta sebagai istri kepada Rama suaminya. Selain itu juga nilai moral untuk menghindari sifat buruk layaknya Rahwana.

Di samping adanya nilai moral, Tari Kecak Bali juga menyimpan nilai seni yang cukup tinggi. Meskipun dilengkapi dengan iringan musik yang mengalun indah. Tari Kecak tetap menyuguhkan tampilan tarian yang memukau dengan kekompakan para penarinya.

Properti Tari Kecak Bali

Selain mengetahui nilai moral dalam makna Tari Kecak. Para penonton agaknya juga perlu mengetahui sejumlah properti yang biasa dipakai saat pertunjukan tari tersebut. Mulai dari bara api sampai dengan topeng sebagaimana penjelasan berikut:

1. Bara Api

Properti pertama yang biasa dipakai dalam pertunjukan Tari Kecak Bali adalah bara api. Nantinya bara api ini akan diinjak oleh para penari yang sedang tampil tanpa mengenakan alas kaki. Bisa dibilang jika ini merupakan properti utama seni ini.

2. Gelang Kerincing

Selain bara api, gelang kerincing juga diperlukan sebagai properti pada Tari Kecak Ubud. Keberadaan dari gelang ini akan menghasilkan bunyi tersendiri sehingga mampu mengiringi alunan musik dalam tarian tersebut.

Gelang kerincing biasanya dipakai pada bagian kak para penari yang memerankan tokoh Rahwana. Tidak hanya di bagian kaki saja, gelang ini juga akan dipakai pada bagian pergelangan tangan.

3. Topeng

Salah satu properti yang tidak dapat ditinggalkan saat pertunjukan Tari Kecak Bali adalah topeng. Penari yang menggunakan topeng dalam Tari Kecak terdiri dari beberapa orang. Terutama yang memerankan tokoh Hanoman, Rahwana, serta Sugriwa.

4. Bunga Kamboja

Seperti yang diketahui jika mayoritas  orang yang ada di Bali menganggap bahwa bunga kamboja merupakan sari kebaikan. Sehingga keberadaan dari bunga kamboja pun banyak dipakai untuk sejumlah tradisi yang pulau Bali.

Salah satunya adalah Tari Kecak yang diketahui sebagai tarian populer. Sebagian orang pun mencari informasi tentang sejarah tari kecak karena merasa penasaran. Terlebih bagi para turis yang berasal dari luar pulau Bali.

5. Selendang

Properti yang dibutuhkan untuk Tari Kecak berikutnya adalah selendang dengan warna hitam putih. Selendang ini nantinya akan dipakai oleh para pengiring dari tari kecak. Makna yang terkandung dalam selendang tersebut adalah konsep Rwa Bhineda.

Penutup

Itu tadi pembahasan terkait Tari Kecak Bali yang menyimpan sejarah, makna dan keunikan tersendiri. Untuk menampilkan pertunjukan tari tersebut diperlukan sejumlah properti pendukung. Diantaranya meliputi, bara api, bunga kamboja hingga selendang. Sebagai bahan pertimbangan untuk menghemat liburan anda dapat menggunakan sewa mobil lepas kunci karena harganya lebih murah dibandingkan dengan sopir dan pilihkan Putri Bali Rental sebagai penyedia yang terpercaya ketika di Bali.

Pada dasarnya, hampir setiap daerah di Indonesia pasti memiliki kekhasannya tersendiri yang membedakannya dengan daerah lain. Ini termasuk Gapura Candi Bentar, yang memiliki sejarah dan filosofi penting bagi masyarakat yang lahir di Pulau Dewata

Dari luarnya saja, gapura ini sangat unik karena terlihat seperti pura yang seakan terbelah dua. Maka dari itu, supaya lebih paham, berikut adalah segala hal yang perlu Anda ketahui tentang gapura khas yang akan sering Anda temukan di rumah khas Bali!

Sejarah Pembangunan Gapura

Jika menilik dari sejarahnya, corak budaya rumah adat Gapura Candi Bentar adalah corak Hindu peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Jadi, tidak heran jika selain di Bali, corak gapura ini juga umum ada di Pulau Jawa, Lombok, dan juga pulau kecil di sekitarnya.

Secara garis besar, keunikan rumah adat Gapura Candi Bentar ada pada bentuk gapura yang tidak menyambung di bagian atas. Gapura ini hanya memiliki dua tugu identik di sisi kiri dan kanan, dan ada di posisi saling mirroring seperti pada saat bercermin.

Namun, meskipun bagian atasnya sama sekali tidak tersambung, bagian bawahnya saling menyambung antara satu sama lain. Pada umumnya, hal yang menyambungkan sisi kanan dan kiri gapura adalah tangga kecil yang akan membawa Anda ke dalam pekarangan.

Sebab, tidak jauh berbeda dengan gapura lain, fungsi Candi Bentar adalah sebagai gapura yang terletak di bagian terdepan suatu bangunan. Bahkan, jika Anda berjalan-jalan di Pulau Bali sekarang, Anda masih akan sering menemukan gapura ini di jalan. 

Filosofi Pembangunan Gapura

Seperti apa yang sudah disinggung sebelumnya, Candi Bentar adalah gapura yang biasanya ada di gerbang masuk ke rumah adat Bali. Namun, tahukah Anda jika di zaman dulu gapura ini hanya bisa didirikan di istana, puri, dan juga pura saja?

Namun, kini selain tempat-tempat penting dan tempat ibadah untuk umat Hindu, masyarakat Bali juga membangun gapura ini di berbagai bangunan lain, termasuk rumah. Hal ini karena filosofi gapura, yang hingga kini masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Bali.

Hal ini karena untuk membangun gapura ini, Anda harus memahami Asta Kosala Kosali terlebih dahulu. Dengan begitu, keseimbangan akan tetap terjaga, serta semua orang bisa hidup dengan damai dan harmonis seperti cita-cita semua lapisan masyarakat Bali.

Setidaknya, ada tiga jenis keseimbangan yang harus Anda perhatikan, sesuai dengan Asta Kosala Kosali, yaitu sebagai berikut!

1. Menjaga Keseimbangan antara Manusia dengan Manusia

Keseimbangan pertama yang harus terjaga pada saat membuat Candi Bentar adalah keseimbangan antara manusia dan manusia lainnya. Hal ini karena hubungan antar manusia itu sangat penting untuk dijaga, karena bisa menimbulkan anugerah atau malapetaka.

2. Menjaga Keseimbangan antara Manusia dengan Tuhan

Selain antar sesama manusia, Anda pun perlu menjaga keseimbangan antara manusia dengan Tuhan. Hal ini sesuai dengan sejarah Candi Bentar, yang pada awalnya memang menjadi gerbang masuk ke dalam tempat ibadah umat Hindu, yaitu pura.

3. Menjaga Keseimbangan antara Manusia dengan Alam Sekitar

Terakhir, pada saat membangun Candi Bentar, Anda pun harus memerhatikan keseimbangan antara manusia dengan alam sekitar. Sehingga, lingkungan akan tetap terjaga dan tidak akan muncul marabahaya seperti bencana alam akibat alam sekitar merasa murka.

Penutup

Itulah segala hal yang perlu Anda ketahui tentang Gapura Candi Bentar, mulai dari sejarahnya hingga bagaimana filosofi di balik pembangunannya. Jika anda ingin mengabadikan gapura di bali, kami Putri Bali siap melayani perjalanan anda dengan sewa mobil termurah di bali

Pada saat liburan ke Bali, ada banyak makanan khas yang tidak boleh Anda lewatkan. Salah satunya adalah rujak kuah pindang, yang sangat pas untuk dikonsumsi di tengah hari. Rasanya yang pedas, gurih, dan manis bisa membuat Anda merasa segar kembali.  

Kudapan yang satu ini akan sering Anda temui di hampir setiap sudut daerah di Bali.

Hanya saja, bagi Anda yang tidak tinggal atau sedang tidak berada di Bali, Anda tidak perlu khawatir karena cara membuat rujak ini sangat mudah untuk Anda ikuti.

Sekilas tentang Rujak Kuah Pindang Khas Bali

Pada dasarnya, rujak adalah salah satu kudapan khas di berbagai daerah di Indonesia. Ada rujak petis dan rujak cingur yang merupakan makanan khas dari Jawa Timur. Lalu, Jawa Barat juga memiliki rujak khas, seperti rujak cireng dan rujak bebek. 

Bahkan ternyata, bukan hanya daerah di Jawa saja yang memiliki rujak khas. Pulau Bali juga memiliki rujak tradisional milik mereka sendiri.

Menariknya, bila Anda belum tahu rujak Bali terbuat dari apa, kuah rujak tersebut terbuat dari kaldu ikan pindang. 

Secara garis besar, perlu Anda ketahui jika jenis ikan apa yang digunakan dalam pembuatan resep rujak kuah pindang itu sangat beragam.

Ada yang menggunakan ikan tuna, namun tidak sedikit juga yang menggunakan kaldu ikan sarden untuk membuatnya.

Sedangkan, untuk isian rujak, Anda bisa menambahkan berbagai jenis buah, seperti mangga, mentimun, bengkoang, pepaya, dan lain sebagainya.

Resep dan Cara Membuat Rujak Kuah Pindang Khas Bali

Bagi Anda yang ingin membuat rujak kuah khas Bali sendiri, Anda tidak perlu khawatir karena caranya sangat mudah dan cenderung cepat.

Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah membuat kuah pindang, sebelum menyiramnya di atas buah-buahan. Karena itu, berikut adalah bahan-bahan yang akan Anda butuhkan dan bagaimana cara membuat rujak khas Bali yang satu ini!

1. Bahan-Bahan

Apabila Anda belum tahu kuah pindang terbuat dari apa, secara garis besar Anda akan memerlukan:

Jumlah takaran bahan-bahan di atas bisa Anda sesuaikan dengan preferensi pribadi. Anda bisa membuat bumbu yang lebih manis, lebih pedas, dan lain sebagainya sesuai dengan selera lidah Anda.

2. Cara Membuat

Setelah semua bahan terkumpul, Anda pun harus tahu cara membuat kuah pindang ikan untuk siraman rujak.

Setelah kuah pindang jadi, Anda hanya perlu membuat bumbu rujak. Karena itu, berikut adalah cara membuat rujak kuah khas Bali yang perlu Anda tahu!

Itulah segala hal yang perlu Anda ketahui tentang rujak kuah pindang, makanan khas Bali yang perlu Anda coba.

Selain itu, ada juga resep dan cara membuat rujak khas Bali yang bisa Anda ikuti dengan cepat dan mudah jika Anda ingin mencicipi kudapan ini. Liburan anda akan lebih hemat jika mempertimbangkan sewa mobil lepas kunci, anda dapat mengendarai mobil lebih leluasa dan lebih nyaman saat berlibur bersama pasangan maupun keluarga.

Kebiasaan Daerah Bali - Pada dasarnya, Bali merupakan salah satu tujuan wisata yang paling populer yang ada di Indonesia, baik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan dari mancanegara.

Itu kenapa tidak heran jika ada banyak orang yang penasaran tentang apa saja kebiasaan daerah Bali.

Sebab, sama seperti kebanyakan daerah di Indonesia yang lainnya, Bali sarat akan adat istiadat.

Baik itu kebiasaan yang berhubungan dengan keagamaan maupun kebiasaan sosial dan budaya. Maka dari itu, berikut adalah kebiasaan orang Bali yang biasa ditemui!

Kebiasaan yang Ada di Bali

Sebagai salah satu daerah di Indonesia yang menjunjung tinggi adat istiadat, tidak heran jika ada banyak kebiasaan daerah Bali yang unik dan menarik untuk diulik.

Tidak jarang, kebiasaan tersebut hanya ada di Bali saja dan tidak ada di daerah yang lain. 

Perlu Anda ketahui jika mayoritas warga masyarakat Bali adalah pemeluk agama Hindu.

Sehingga, tidak heran jika sebagian besar kebiasaan tersebut berakar dari agama yang mereka anut tersebut. Supaya lebih jelas, inilah 5 kebiasaan masyarakat Bali!

1. Ngayah

Tidak jauh berbeda dengan kebiasaan daerah Jawa dan daerah lain di Indonesia, orang Bali juga membiasakan diri untuk bergotong royong.

Hal ini pun akan mereka lakukan secara tulus dan juga ikhlas tanpa mengharapkan balasan apapun.

Kebiasaan tersebut biasa disebut dengan Ngayah, yang secara literal berarti bekerja tanpa pamrih.

Biasanya, kebiasaan ini mereka lakukan di tempat-tempat suci seperti Pura. Mereka pun akan melakukan berbagai jenis tugas secara sukarela di sana.

2. Ngaben

Kemudian, kebiasaan daerah Bali lainnya yang perlu Anda tahu adalah kebiasaan Ngaben atau upacara pembakaran mayat.

Hal ini pastinya selaras dengan ajaran agama Hindu, yang merupakan agama mayoritas di daerah Pulau Dewata.

Hanya saja, karena merupakan upacara keagamaan, tidak heran jika orang yang melakukan upacara Ngaben hanyalah orang yang memeluk agama Hindu saja.

Bagi pemeluk agama lainnya seperti Islam dan Kristen, mereka tidak melakukan upacara ini.

3. Belog Polos

Di samping dua kebiasaan di atas, ada juga kebiasaan di Bali lain yang akan jarang Anda temui di tempat lain.

Kebiasaan tersebut adalah Belog Polos, yang secara literal berarti memersilakan orang masuk ke dalam rumah tanpa harus berpikir panjang.

Jadi, jika ada wisatawan yang meminta untuk menginap di rumah warga lokal, mereka tidak akan segan-segan untuk mengizinkan. Dengan catatan, wisatawan tersebut harus tetap sopan selama menginap di rumah mereka.

4. Ngupin

Pada dasarnya, orang Bali memang terkenal ramah dan suka membantu orang lain.

Hal ini selaras dengan kebiasaan Ngupin yang merupakan kebiasaan saling menolong antara satu sama lain, terutama antar saudara dalam lingkup acara keagamaan. 

Sama seperti kebiasaan Ngayah, kebiasaan Ngupin juga mereka lakukan dengan tanpa pamrih. Biasanya, kebiasaan ini dilakukan baik oleh perempuan maupun laki-laki.

5. Sangkep

Ketika ada masalah, biasanya masyarakat Bali akan menyelesaikannya dengan cara musyawarah.

Mereka biasanya menyebut kebiasaan tersebut dengan nama Sangkap atau Sangkep. Biasanya, mereka akan berkumpul di Balai Desa untuk kegiatan tersebut.

Di sana, mereka akan membicarakan tentang masalah tersebut dan mencari jalan keluarnya bersama-sama. Kemudian, perlu Anda ketahui jika ada juga masyarakat Bali yang menyebut kebiasaan ini dengan nama Paruman.

Jadi, itulah beberapa kebiasaan daerah Bali yang perlu Anda ketahui, dari yang berhubungan dengan upacara keagamaan maupun dengan kehidupan sosial dan juga budaya. Tertarik ke Bali ? Putri Bali Rental dengan jasa rental mobil siap melayani anda. Semoga bermanfaat!

Bagi Anda yang suka menari dengan tarian tradisional, sudahkah Anda mencoba tari yang berasal dari Bali? Jika belum, simak pembahasan yang bisa Anda ketahui mengenai beberapa tari yang berasal dari Bali.

Sebagai negara yang memiliki beragam budaya, Indonesia pun memiliki sekitar 3.000 tarian yang berasal dari berbagai daerah. Anda bisa menarikan tarian tersebut sesuai dengan yang Anda inginkan.

Salah satu tarian tradisional tersebut dari daerah Bali. Namun, sudah tahukah Anda bahwa Bali bukan hanya Tari Kecak dan Pendet, tetapi masih ada tarian lainnya yang bisa Anda coba. Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan berikut ini mengenai lima tari yang berasal dari Bali.

1. Tari Kecak

Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan tari yang berasal dari Bali satu ini. Tari Kecak menjadi salah satu tarian tradisional yang terkenal di Indonesia. Tari ini dipertunjukkan secara massal mulai dari puluhan hingga ratusan penari laki-laki yang duduk dengan melingkar.

Dinamakan Tari Kecak karena penari laki-laki mengangkat kedua lengan mereka ke atas sambil mengatakan “Cak ke cak ke cak.” Biasanya, penari akan menggunakan kostum dengan motif kotak-kotak putih hitam atau motif poleng yang mirip seperti papan catur.

2. Tari Pendet

Salah satu tari yang berasal dari Bali cukup terkenal lainnya adalah Tari Pendet. Tari Pendet ini dipersembahkan untuk leluhur Bhatara dan Bhatari. Biasanya, Tari Pendet dipertunjukkan di halaman Pura yang menghadap ke sebuah palinggih, tempat Bhatara dan Bhatari diistanakan.

Biasanya, Tari Pendet dibawa oleh penari perempuan yang berpakaian adat dengan membawa canang sari atau bokor berisi bunga.

Ada pun susunan pakaian dari Tari Pendet, yaitu sabuk prada, cerik atau anteng, dan kamben songket. Tak hanya itu, Tari Pendet juga mesti dilengkapi dengan alat-alat upacara, seperti sangku, kendi, mangkok perak, dan lain sebagainya.

3. Tari Barong

Tari daerah Bali lainnya, yaitu Tari Barong. Dimana, tari ini menceritakan tentang perlawanan antara kebajikan dan kejahatan. Barong diambil dari kata bahruang atau beruang.

Meski yang dilukiskan, beruang banyak wujud binatang lainnya, tetapi tergantung dari jenis Tari yang dipertunjukkan.

Biasanya, Tari yang satu ini dibawa oleh dua orang laki-laki, yaitu satu orang memainkan di bagian kepala dan satu orang lainnya memainkan di bagian ekor.

4. Tari Topeng

Pernah lihat Tari Topeng Wali atau Tari Topeng Pajegan?

Salah satu tari daerah asal Bali ini dipertunjukkan untuk upacara keagamaan, seperti upacara potong gigi, upacara tiga bulan kelahiran anak, upacara perkawinan, dan sebagainya. Biasanya, Tari Topeng ini dibawakan oleh seorang penari laki-laki.

Pajegan berasal dari kata majeg, yaitu melakukan segalanya seorang diri atau sendirian. Tak heran, tarian ini hanya ada seorang penari yang menampilkan suatu cerita dengan serangkaian tokoh yang berbeda.

5. Tari Baris

Pernah melihat tarian yang berbaris di Bali? Jika pernah, maka itu bernama Tari Baris. Tarian yang posisi penarinya berbaris ini dipertunjukkan untuk suatu ritual. Meski begitu, saat ini Tari Baris juga dipertunjukkan untuk hiburan.

Tari Baris ini menceritakan tentang keberanian ksatria Bali yang tengah bertempur demi membela sang raja. Tak heran, penari Tari Baris akan menggerakkan badannya seperti sedang bertempur.

Penutup

Itulah pembahasan dari blog Putri Bali Rental mengenai beberapa tari yang berasal dari Bali. Dari beberapa tarian Bali di atas, Anda sudah melihat tarian yang mana? Atau malah Anda sudah menghapal salah satu tarian di atas? Jika anda ingin kami menemani perjalanan anda Putri Bali Rental akan memberikan pelayanan terbaik dengan sewa mobil dengan sopir berpengalaman dan ramah.

Putri Bali Rental pilihan terbaik untuk sewa mobil yang aman, murah  dan terpercaya di Bali

Hubungi Kami
Sewa Mobil Bali
081 999 533 488
081 999 533 488
putribali.rental@gmail.com
JL. Grogol Carik, Gg Naga Mas NO. 8
Pembayaran
BCA : 7705203342
A/N I Gede Juliana
murtafi digital
Open chat
Hello👋
Can we help you?
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram