Desa adat ini menjadi andalan wisata di Bali yang digemari banyak traveler. Desa ini dipilih karena warganya masih mengelola tradisi Desa Penglipuran, budaya, dan adat dengan baik, dan menjadi contoh desa yang peduli lingkungan.
Salah satunya adalah tradisi yang menjunjung tinggi alam sehingga digelari sebagai Desa Penglipuran desa terbersih. Ada juga punya tradisi untuk menghargai perempuan.
Selain menghargai alam dan menghargai perempuan, ini tradisi-tradisi unik Desa Penglipuran yang harus Anda ketahui.
Desa ini punya acara adat khas, namanya Ngerebeg atau Ngelawang. Ngerebeg ini sebenarnya punya makna khusus, yakni menjaga keselamatan warganya dengan mengusir energi negatif dan minta perlindungan dari Tuhan supaya terhindar dari bencana.
Selain itu, juga untuk membuat krama senang. Tradisi Ngerebeg ini diadakan tiga kali setahun, yaitu Hari Raya Galungan dan Buda Kliwon Pahang. Saat perayaan, mereka membawa barong sakral dari Pura Penataran Desa ke rumah-rumah warga.
Tiap kali ada warga yang meninggal, mereka akan dikubur di pemakaman desa. Meskipun sebagian besar penduduknya menganut agama Hindu.
Namun, Upacara Ngaben (pembakaran jenazah) hanya dilakukan untuk mengirim roh orang yang sudah meninggal ke Sang Pencipta. Setiap ada warga desa yang meninggal, satu ekor sapi akan dikorbankan sebagai pengorbanan suci.
Cara pemakaman juga punya keunikan tersendiri, di mana jenazah pria akan dikubur dalam posisi tengkurap, sementara jenazah wanita ditempatkan dengan posisi tengadah.
Ada keunikan Desa Penglipuran tentang hukuman bagi yang suka mencuri. Kalau ketahuan, hukumannya harus memberi sesajen berupa lima ekor ayam, dengan warna bulu yang beda dari ayam-ayam lainnya, di empat pura nenek moyang mereka.
Dengan cara ini, semua orang di desa akan tahu siapa yang mencuri dan membuatnya merasa sangat malu.
Kenduri adalah tradisi ciri khas Desa Penglipuran di mana warga desa menyiapkan makanan untuk pesta setelah mengeruk sumur. Pesta diadakan untuk segala hal yang menyangkut kesejahteraan, seperti pesta untuk tanaman dan hewan.
Jadi sebenarnya mereka minta ke Yang Maha Esa, semoga apa yang ada di dunia ini bisa membantu manusia dan membuat hidup kita makmur.
Salah satu ritual keagamaan besar yang diadakan setiap tahun adalah Ngusaba, yang menjadi sambutan Hari Raya Nyepi. Ritual ini digelar tiap 15 hari oleh warga setempat. Pura Penataran akan ramai oleh masyarakat yang lagi beribadah.
Ngusaba sebagai salah satu sejarah Desa Penglipuran terus dijalani sebagai bentuk penghormatan bagi para tetua adat yang diwariskan oleh leluhur mereka.
Penglipuran Village Festival menjadi acara tahunan yang digelar di akhir tahun. Di sini, mereka menghadirkan seni dan budaya Bali yang mengagumkan. Akan ada parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang, parade seni budaya, dan lomba-lomba seru.
Aturan unik lain di desa ini bernama Karang Memadu. "Karang" artinya tempat, "Memadu" artinya poligami atau poliandri. Lokasinya ada di ujung Desa Penglipuran. Konsep Karang Memadu dibangun karena warga tidak boleh poligami atau poliandri.
Kalau ada yang melanggar aturan ini, mereka akan dikirim ke Karang Memadu dan kena sanksi lain yang ditentukan lewat rapat adat. Untungnya, sampai sekarang belum ada warga yang coba melanggar aturan itu.
Magibung biasanya digelar saat acara pernikahan, atau waktu ada kegiatan adat seperti upacara di pura atau acara besar desa untuk mengundang tetangga yang punya ikatan adat, yang disebut bebanuan.
Di acara pernikahan, peserta magibung terbatas cuma untuk peduluan dan prajuru desa, jumlahnya kira-kira 20 orang. Magibung ini diadakan di bale saka enam. Yang membuat beda, dalam acara magibung, kedua pengantin malah yang menjadi pelayan acara.
Bagi Anda yang mau merasakan serunya tinggal di desa dan menyaksikan langsung tradisi Desa Penglipuran, langsung saja mampir ke sana. Anda bisa mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan warga setempat dan kehidupan sehari-hari di sana.